Roda itu selalu berputar.. kadang ada kalanya dibawah..ada pula posisi diatas.. janganlah menyerah untuk mencapai apa yang kau inginkan.. "Be The Best In your life"..because the Best never last" tak ada kata terlambat untuk selalu mencoba. "من جدّاوجدا "
Kamis, 21 Juli 2016
“Live for work or work for live” always with Smart Work.
Guys…, Manusia itu punya satu sifat dasar yaitu pemimpi. Sayangnya mimpi itu pada akhirnya berhenti disatu titik pilihan. Hidup untuk bekerja, atau bekerja untuk hidup?
kenapa kebanyakan orang sudah merasa puas hanya dengan ia bekerja dari pagi sampai malam atau dari malam sampai pagi, menjalani rutinitas sebagai pekerja yang menghabiskan sebagian besar waktu mudanya untuk mendapatkan gaji, saja. Padahal kalo dipikir lagi, harusnya tiap orang itu punya mimpi dan cita-citanya masing-masing, punya target yang harus ia capai dalam kurun waktu tertentu. Misalnya pengen jadi orang kaya, punya perusahaan gede, sukses berkarir, bisa bahagiain orangtua. Atau juga kepengen bikin sesuatu yang bisa “mengubah dunia”, jadi orang yang bermanfaat buat orang lain, bisa ngebantu nyelesein masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat, atau sekedar berbagi apapun yang bisa nyenengin orang lain. Manusia itu punya satu sifat dasar yaitu pemimpi.
Well guys, Ada nih orang yang bisanya cuman bermimpi, punya angan-angan besar, pengen ini dan itu tapi nggak pernah ada action buat wujudin mimpinya itu. Yang agak mendingan dikit ada juga. Kayak kebanyakan temen-temen kita atau bahkan diri kita sendiri mungkin (ambil kaca) yang punya segudang impian, tapi sayangnya impian itu ya stkitart-stkitart aja. Paling mentok sebelas dua belas sama sebelah.
Masih inget nggak guys, dulu jaman masih TK atau SD selalu ditanya(buat yang masih ingat dan SDor TKnya zaman yahun 90’an) “kalo udah gede mau jadi apa?” dan kamu punya jawaban apa? Dokter? Guru? Pilot? Atau masinis? Nggak cuman diajarin untuk patuh sama aturan “didikte”, menggambar pemkitangan dengan pola yang itu-itu aja, juga pelajaran mengarang yang dibatasi dengan aturan-aturan tertentu. Tapi imaginasi akan mimpi sama cita-cita juga dibatasin.
Satu hal yang harus dirubah, mindset soal bagaimana menjadi pemimpi yang nggak cuman bisa bermimpi doang, juga bagaimana harus berani punya mimpi besar dan beda sama mimpi-mimpi kebanyakan orang.
Kayak kata banyakan orang, punya mimpi gede itu satu keharusan. Diatas langit masih ada langit lagi, nah itu cita-cita harus setinggi gitu, kalo bisa malah lebih. Kalo punya mimpi gede, cita-cita yang tinggi, harusnya kita akan terdorong buat selalu mencapai apa yang jadi goalnya kita. Nggak cuman cita-cita stkitar yang goalnya cuman karena nurutin apa kata orangtua. Malah bisa jadi lho, mimpi besar yang jadi kenyataan itu nggak cuman bawa pendapatan yang lumayan tapi juga punya impact yang besar buat orang lain. Siapa tau!
Guys Nggak usah takut bermimpi sih. Wong mimpi itu nggak bayar kok, ngapain takut bermimpi. Ya nggak? Kecuali kamu udah hilang akal alias nggak waras sih boleh aja nggak punya mimpi. Tapi perlu diinget, mimpi aja nggak cukup. Harus ada usaha buat realisasiin biar bisa jadi karya nyata, syukur-syukur bisa jadi manfaat buat banyak orang.
Indonesia itu budayanya masih budaya kawakan, jaman dulu yang belum bisa move on. Soal impian apalagi, masih kebawa sama budaya dan tradisi yang kentel menyebar di masyarakat. Masih harus manut sama apa kata orang tua, yang kita kalo udah lulus sekolah harus kerja kantoran lah, harus jadi pns lah, cari kerja yang gajinya gede lah, juga cari kerja yang dapet pensiunan.
Okayh balik lagi ke tema kita tentang bekerja “Live for work or work for live” , Otak Kita adalah mesin yang luar biasa, penuh dengan lapisan-lapisan potensial yang menunggu untuk dibuka dan diakses. Dalam era pekerjaan yang super sibuk ini, sangat mudah kita berpikiran bahwa kerja keras dan konstan adalah etos kerja yang dibutuhkan.
Guys, Salah satu tkita yang jelas dari seseorang yang bekerja cerdas adalah bahwa mereka tidak bekerja lebih banyak dari orang lain. Orang-orang yang bekerja cerdas tidak perlu menghabiskan lebih banyak jam kerja – mereka telah dengan bijaksana menghabiskan waktu kerja mereka yang didelegasikan dan juga telah dengan bijaksana memanfaatkan waktu diluar jam kerja.
Yang hartus kita keta ketahui ne guys, Penelitian telah menunjukkan bahwa otak kita didesain untuk bekerja lebih cerdas dibanding keras – kita hanya harus bersedia untuk mengubah kebiasaan kita seputar cara kita bekerja dan belajar. Jika kita siap untuk merubah pola kita dan mulai membuat kemajuan nyata melalui optimalisasi cara kita bekerja serta meningkatkan efektivitas waktu yang kita gunakan, bacalah terus artikel ini. Tips ini akan membantu kita untuk bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras. Tips ini telah didukung oleh penelitian dan kita dapat mulai memasukkannya ke dalam rutinitas harian kita hari ini.
Beristirahatlah. Penelitian memberitahu kita melalui ritme ultradian bahwa otak kita hanya bisa fokus tanpa istirahat selama sekitar 90 menit. Jika kita perlu mengambil istirahat kecil, mungkin 15 menit atau lebih, setiap 90 menit bekerja, maka kita akan menyegarkan dan mempertajam otak kita. Sebuah periode istirahat kecil dari otak akan membantu otak untuk mengatur ulang fungsinya bahkan pada tingkat yang lebih tinggi setelah kita kembali bekerja sehabis istirahat.
Lakukan kreativitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki hobi kreatif di luar tempat kerja tampil lebih baik ketika mereka bekerja. Orang-orang ini lebih siap untuk kreatif memecahkan masalah di tempat kerja.
Mengatur ulang daftar pekerjaan yang harus dilakukan (to do list). Nah, pertama-tama, miliki daftar ini. Idealnya, kita harus menulisnya pada malam sebelum pekerjaan dimulai. Tapi begitu kita memilikinya, daftar pekerjaan ini belum akan membantu kita untuk bekerja lebih cerdas. Sebaliknya, mulailah daftar kita dengan hal-hal yang paling penting untuk dilakukan pertama kali. Cobalah untuk membatasi hal-hal yang paling penting sebanyak tiga pekerjaan selama satu hari. Setelah itu baru dilanjutkan dengan tugas-tugas yang kurang penting. Energi segar kita di pagi hari harus kita gunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas penting, sementara kita dapat menangani tugas-tugas yang lebih mudah di kemudian hari.
Buatlah batasan. Jangan bersedia bekerja sepanjang waktu. Tetapkan batas-batas mengenai berapa banyak kehidupan pribadi kita masuk ke dalam pekerjaan kita, begitu juga sebaliknya. Jangan menjawab email kerja ketika kita telah berada di rumah dan juga tidak membiarkan hal-hal rumah tangga untuk mengganggu pekerjaan kita terus-menerus.
Identifikasi pembuang waktu. Apakah kita menemukan bahwa kita diam bekerja dan masuk ke media sosial terlalu sering? Atau mungkin kita terlibat dalam percakapan non-pekerjaan terlalu gampang dan terlalu lama? Identifikasi hambatan yang datang antara kita dan produktivitas kita dan hilangkan mereka. Kita dapat mengejar ketertinggalan dengan media sosial dan percakapan di waktu berikutnya, waktu yang memang telah kita sisihkan.
Semoga sedikit artikel ini dapat menjadikan efektivitas dan efisiensi kinerja kita bisa terus meningkat menjadi lebih baik. Amin, amin, ya robbal alamin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar