Minggu, 09 April 2017

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.

guys, masih ingat gak dulu aku pernah nulis tentang pembelajaran bahasa arab, tapi gak terlalu detail seh...hehheeh
okayh kali ini penulis akan menuliskan tentang strategi pembelajaran bahasa arab, apa-apa ajah itu yang dibahas, mari kita mulai dengan pembukaan tentang aapa itu istilah pembelajaran dll. heheheh
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dalam Pembelajaran yang didesain baik, maka akan sampailah pada tujuan yang diharapkan, dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang efektif dan efisien, Para pakar pembelajaran bahasa melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk mengetahui efektifitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.
Penerapan metode Pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi Pembelajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya Pembelajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.”
Begitu juga dengan pembelajraan bahasa arab, yang mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai. Mulai untuk tujuan studi islam, bisnis, diplomatic, wisata dan lain sebagainya. Dari sekian banyak tujuan tersebut maka banyak pakar bahasa memberikan perhatian, khususnya pada pembelajaran bahasa arab. Banyak sekali langkah-langkah yannng akan dicapai, demi terwujudnya pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangnkan.
Di dalam sebuah proses pembelajaran, seorang pengajar pastilah memiliki cara tersendiri dalam melakukan pembelajarannya. Tidak mungkin seorang guru melakukan proses pembelajaran tanpa dasar yang jelas dan tersistematis. Tentulah ada patokan-patokan yang harus dipenuhi atau dipatuhi dalam melakukan sebuah pembelajaran supaya tujuan yang diharapkan terpenuhi. Dalam pembelajaran bahasa ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode dan teknik. Edward M Anthony dalam artikelnya “Approach, Method and Technique” maksud dari ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
1. Pendekatan dalam proses pembelajaran bahasa Arab disebut “Madkhal” adalah seperangkat asumsi yang berkenaan dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar mengajar bahasa. Asumsi- asumsi ini saling berkaitan dan saling berhubungan dengan karakter bahasa dan karakter proses pengajaran serta pembelajaran. Pendekatan ini bersifat benar tanpa pembuktian (aksiomatis) atau filosofis yang berorientasi pada pendirian, filsafat, dan keyakinan yaitu sesuatu yang diyakini tetapi tidak mesti dapat dibuktikan. Dari asumsi-asumsi pengajaran kebahasaan yang didasarkan pada asumsi-asumsi kebahasaan itu akan terbentuk bingkai umum bagi sebuah pendekatan dan dari pendekatan ini lahirlah sebuah metode atau beberapa metode sebagai perwujudan atau bentuk dari sebuah pendekatan.
2. Metode, yang dalam pembelajaran bahasa Arab disebut “Thariqah” adalah segala hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran, baik itu pengajaran matematika, kesenian, olah raga, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya, selain itu metode juga diartikan sebagai sebuah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur atau sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Jika pendekatan bersifat aksiomatis, maka metode bersifat prosedural. Sehingga dalam satu pendekatan bisa saja terdapat beberapa metode. Oleh sebab itu metode bisa diartikan sebagai sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, serta penyajian materi kebahasaan. Bisa digaris bawahi bahwasanya pendekatan itu bersifat prinsip filosofis atau sesuatu yang abstrak, sedangkan metode adalah sesuatu yang bersifat praktis dan kongkrit.
3. Sedangkan Teknik, yang lebih kita kenal dalam proses pembelajaran bahasa Arab disebut “uslub” atau yang populer dalam bahasa kita dengan strategi, yaitu kegiatan spesifik yang diimplementasikan di dalam kelas, selaras dengan pendekatan dan metode yang telah dipilih. Teknik bersifat operasional, yang berpendapat bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan pengalaman belajar menjadi pengalaman yang nyata dan real. Maka dari itu teknik sangatlah tergantung pada imajinasi dan kreativitas seorang pengajar dalam meramu materi dan mengatasi pemecahan berbagai persoalan di kelas. Kesuksesan media dan teknik dalam proses pengajaran berdampak pada munculnya orientasi baru pada bidang pengajaran bahasa asing. Pendekatan ini bertujuan memberikan cara untuk menjelaskan makna kata, tarkib-tarkib serta konsep-konsep budaya baru dengan menggunakan gambar-gambar, peta, lukisan, menghandirkan contoh nyata, kartu dan lain sebagainya yang bisa membantu memahamkan siswa tentang pesan-pesan kata bahasa asing.
Tata cara dan gaya belajar setiap guru sangatlah berbeda antara satu dengan yang lainya, serta gurupun mempunyai ketrampilan yang berbeda-beda dalam mengelola kelas. Karena semua hal itu akan dipengaruhi oleh perbedaan situasi dan kondisi yang ada. Oleh sebab itu tidak bisa dikatakan bahwa metode ini adalah metode yang paling bagus, paling ungul dan terbaik dan cocok bagi peserta didik pada semua kondisi pengajaran. Karena adanya perebedaan tujuan pengajaran, materi bahan ajar pada setiap peserta didik, serta perbedaan guru itu sangat membutuhkan strategi pengajaran yang berbeda dalam sebuah penerapan metode.
Seperti yang kita ketahui dari penjelasan diatas pengertian singkat tentang, metode, teknik, dan strategi dalam sebuah pendekatan pembelajaran bahasa, selanjutnya disini akan dipaparkan secara lebih rinci macam-macam pendekatan pada pembelajaran bahasa arab. Pembelajaran bahasa arab yang efektif mencakup empat pendekatan, yaitu pendekatan humanistik, komuni-katif, kontekstual, dan struktural.
(1). Pendekatan humanistik melihat bahwa pembelajaran bahasa Arab memerlukan keaktifan pembelajarnya, bukan pengajar. Pelajarlah yang aktif belajar bahasa dan pengajar berfungsi sebagai motivator, dinamisator, administrator, evaluator, dsb. Pengajar harus memanfaatkan semua potensi yang dimiliki pemelajar.
(2). Pendekatan komunikatif melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah komunikasi. Hal ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi yang praktis dan pragmatis, yaitu materi ajar terpakai dan dapat dikomunikasikan oleh pelajar secara lisan maupun tulisan. Materi ajar yang tidak komunikatif akan kurang efektif dan membuang waktu saja.
(3). Pendekatan kontekstual melihat bahasa sebagai suatu makna yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan setingnya. Di sini, rancangan materi ajar harus berdasarkan kebutuhan lembaga, kebutuhan pemelajar hari ini dan ke depan.
(4). Pendekatan struktural melihat bahwa pembelajaran bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur bahasa (qawaid) harus mendapat perhatian dalam merancang materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar komunikatif dan praktis.
Metode Pembelajaran bahasa Arab modern adalah metode Pembelajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam Pembelajarannya adalah metode langsung (tariqah al - mubasyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
a. Metode Qawaid dan Terjemah
Para pakar dan praktisi pembelajaran bahasa asing sering juga menyebut metode ini dengan metode tradisional. Penyebutan tersebut berkaitan dengan sebuah cerminan terhadap cara-cara dalam jaman Yunani Kuno dan Latin dalam mengajarkan bahasa. Asumsi dasar metode ini adalah adanya ‘logika semesta’ (universal logic) yang merupakan dasar semua bahasa di dunia, sedangkan tata bahasa adalah cabang logika.
Metode ini ditujukan kepada peserta didik agar, (1) lebih mempu membaca naskah berbahasa Arab atau karya sastra Arab, dan (2) memiliki nilai displin dan perkembangan intelektual. Pembelajaran dalam metode ini didominasi dengan kegiatan membaca dan menulis. Adapun kosakata yang dipelajari adalah kosakata dari tes bacaan, di mana kalimat diasumsikan sebagai unit yang terkecil dalam bahasa, ketepatan terjemahan diutamakan, dan bahasa Ibu digunakan dalam prose pembelajaran.
b. Metode Langsung (Mubâsyarah)
Karena adanya ketidak puasan dengan metode qawa’id dan tarjamah, maka terjadi suatu gerakan penolakan terhadap metode tersebut menjelang pertengahan abad ke 19. Banyak orang Eropa yang merasa bahwa buku-buku pembelajaran bahasa asing yang beredar tidaklah praktis, karena tidak mengajarkan bagaimana berbahasa namun lebih memperhatikan pembicaraan tentang bahasa. Karena itu, banyak kemudian bergulir ide-ide untuk meperbaharui metode tersebut.

Berdasarkan asumsi yang ada dalam proses berbahasa antara Ibu dan anak, maka F.Gouin (1980-1992) mengembangkan suatu metode yang diberi nama dengan metode langsung (thariqah mubasyarah), sebuah metode yang sebenarnya juga pernah digunakan dalam dunia pembelajaran bahasa asing sejak jaman Romawi (± abad XV). Metode ini memiliki tujuan yang terfokus pada peserta didik agar dapat memiliki kompetensi berbicara yang baik. Karena itu, kegiatan belajar mengajar bahasa Arab dilaksanakan dalam bahasa Arab langsung baik melalui peragaan dan gerakan. Penerjemahan secara langsung dengan bahasa peserta didik dihindari.
c. Metode Silent Way (Guru Diam)
Metode ini digulirkan oleh C. Gatteno (1972). Kendati ia mengembangkan teori dan metode pembelajaran yang terpisah dengan teori Chomsky, namun didalamnya banyak persamaan. Ide dasarnya adalah bahwa belajar sangat bergantung pada diri (self) seseorang. Diri tersebut mulai berfungsi pada waktu manusia diciptakan dalam kandungan, dimana sumber awal tenaganya dalah DNA (deoxyribonu acid). Diri menerima masukan-masukan dari luar dan mengolahnya sehingga menjadi bagian dari diri itu sendiri.
Dalam penggunaan metode silent way, guru lebih banyak diam, ia menggunakan gerakan, gambar dan rancangan untuk memancing dan membentuk reaksi. Guru menciptakan situasi dan lingungan yang mendorong peserta didik “mencoba-coba” dan menfasilitasi pembelajaran. Seolah hanya sebagai pengamat, guru memberikan model yang sangat minimal dan membiarkan peserta didik berkembang bebas, mandiri dan bertanggung jawab. Adapun penjelasan, koreksi dan pemberian model sangat minim, lalu peserta didik membuat generalisasi, simpulan dan aturan yang diperlukan sendiri. Hanya saja, di dalamnya masih digunakan pendekatan struktural dan leksikal dalam pembelajaran.
d. Sugestopedia
Sugetopedia merupakan metode yang didasarkan pada tiga asumsi. Pertama, belajar itu melibatkan fungsi otak manusia, baik secara sadar ataupun dibawah sadar. Kedua, pembelajar mampu belajar lebih cepat dari metode-metode lain. Ketiga, Kegiatan belajar mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor, yakni (1) norma-norma umum yang berlaku di tengah masyarakat, (2) suasana yang terlalu kaku, kurang santai, dan (3) potensi pembelajar yang kurang diberdayakan oleh guru. Metode ini dicetuskan oleh seorang psikiatri Bulgaria yang bernama George Lozanov.
Metode Sugestopedia mempunyai tujuan agar peserta didik mampu bercakap-cakap tingkat tinggi. Dalam metode ini, butir-butir bahasa Arab dan terjemahannya disajikan dalam bahasa Ibu dalam bentuk dialog. Tujuan utama bukan sekedar penghafalan dan pemerolehan kebiasaan, tetapi tindakan komunikasi. Karena kegiatan belajar meliputi peniruan, tanya jawab, dan bermain peran, maka peserta didik diharapkan bisa metoleransi dan menerima perlakuan seperti kanak-kanak (infantilization).


e. Community Language Learning (Belajara Bahasa Berkelompok)
Metode yang dikatakan merepresentasikan pendekatan Humanis ini diperkenalkan oleh C.A. Curren dan rekan-rekannya (1976). Istilah humanistis yang dimaksudkan adalah sebagai percampuran semua emosi atau perasaan seseorang dalam kegiatan belajar mengajar. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa apa yang dipelajari manusia itu bersifat afektif, disamping kognitif. Jadi, peserta didik belajar bahasa adalah mengalami semua input atau masukan dari luar secara menyeluruh melalui perasaan, di samping pikiran.
Metode ini mempunyai tujuan yaitu penguasaan bahasa sasaran oleh peserta didik yang mendekati penutur aslinya. Mereka belajar dalam suatu komunitas atau berkelompok (teman belajar dan gurunya), melalui interaksi dengan sesama anggota komunitas tersebut. Pembelajaran dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan manusia dalam mempelajari bahasa, yakni (1) tahap tergantung sepenuhnya (bayi), (2) tahap sedikit lepas dari ketergantungan, (3) tahap keberadaan dalam situasi yang terpisah, (4) tahap dewasa, dan (5) tahap kebebasan. Peran guru di sini adalah menciptakan situasi dalam 5 tahapan tersebut.
f. Total Physical Respon
Metode ini dicetuskan oleh James J. Asher, seorang ahli psikologi dari Amerika. Metode ini berpijak pada pembelajaran bahasa melalui aktivitas psikomotorik. Pelajaran disampaikan pada tahap awal secara inplisit, sementara setelah pada tahap lanjutan diberkan secara eksplisit. Dalam suasana belajar implisit, tidak dilakukan pembetulan kesalahan dan penghafalan kaidah-kaidah, sedangkan pada pembelajaran secara eksplisit merupakan kebalikannya.
Metode ‘respon psikomotorik total’ bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan lisan pada tahap awal pembelajaran. Jadi tujuan akhirnya adalah keterampilan berbicara dasar. Pembelajaran dengan cara menggabungkan kegiatan ber-bahasa dan gerakan merupakan ciri dasar dalam pembelajaran bahasa Arab. Sehingga, proses pembelajaran seperti proses pemerolehan bahasa pada anak: bahasa yang didengar oleh anak banyak berisi perintah yang kemudian direspon dengan tindakan fisik. Di sini, guru berperan aktif mengarahkan kegiatan pembelajaran; menentukan isi kegiatan menjadi model, dan memilih bahan-bahan pelajaran pendukung.
g. Metode Mim-Mem (Mimicry-Memorization Method)
Istilah mim-mem bearasal dari singkatan mimicray (meniru) dan memorizattion (menghapal), yaitu sebuah proses mengingat sesuatu dengan menggunakan kekuatan memori. Metode yang juga sering disebut informant-drill method dalam penggunaannya sering menekankan latihan-latihan baik dilakukan oleh selain pengajar, juga oleh seorang informan penutur asli (native informant).
Kegiatan belajar berupa demontrasi dan latihan (drill) gramatika dan struktur kalimat, teknik pengucapan, dan penggunaan kosakata dengan mengikuti atau menirukan guru dan informan penutur asli. Pada saat melakukan drilling, native informant bertindak sebagai seorang drill master. Ia mengucapkan beberapakalimat sampai akhirnya peserta didik menjadi hapal. Gramatika diajarkan secara tidak langsung melalui model-model kalimat.

h. Metode Audiolingual (Sam’iyyah Syafahiyyah)
Metode ini lebih populer diterapkan karena sebab kepentingan perang. Dalam sejarah Perang Dunia II, Amerika memerlukan personil tentara yang mahir berbahasa asing untuk kepentingan ekspansinya. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga dengan army method. Bahasa yang dipelajari lebih dicurahkan pada perhatian dalam pelafalan kata, tubian (drills) berkali-kali secara intensif. Mirip dengan metode sebelumnya, tubian (drill) inilah yang menjadi tehnik dasar dalam pembelajaran. Hanya saja konsentrasi tujuan lebih pada penguasaan keterampilan mendengar dan berbicara.
i. Pendekatan Komunikatif (madkhal ittishaly)
Ada dua prinsip dasar yang paling penting dalam pendekatan ini, yaitu (1) kebermaknaan (meaningfull) dalam setiap bentuk bahasa yang dipelajari. Lalu yang ke(2), bahwa bentuk, ragam dan makna bahasa sangat terkait dengan situasi dan konteks berbahasa. Pendekatan komunikatif tidak terikat pada satu aliran linguistik atau disiplin ilmu tertentu saja, melainkan juga memanfaatkan apa yang menjadi kelebihan dalam aneka ragam aliran atau disiplin ilmu lain. Hal ini sangat berbeda dengan metode Audiolingual yang hanya merujuk pada landasan dasar aliran linguistik struktural dan paham behaviorisme.
Pendekatan ini bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi komunikatif, yaitu kemampuan menggunakan sistem bahasa secara efektif dan benar. Kelancaran menggunakan bahasa yang acceptable menjadi tujuan utama yang ingin di capai. Dalam pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan komunikatif, penguasaan makna (nosi/fikrah) sangat penting, sehingga isi pelajaran disajikan dalam konteks. Sementara struktur bahasa diajarkan terintegrasi dalam pengejaran keterampilan berbahasa Arabnya. Kemampuan yang diharapkan tidak hanya keterampilan berbahasa, tetapi juga unsure-unsur kebahasaannya, seperti sharf dan nahwu. Bahan pelajaran berupa dialog, pengalaman peserta didik, latihan ungkapan, namun tubian tidak diberikan hanya bila dianggap perlu. Sedangkan bahasa Ibu dan terjemahan bisa digunakan sekali-kali.
j. Metode eklektik (tariqah al-intiqaiyyah)
Pendekatan pembelajaran di atas memerlukan metode pembelajaran yang tepat. Plihan yang tepat adalah metode eklektik, yaitu metode gabungan yang mengambil aspek-aspek positifnya baik dari keterampilan maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai tujuaan dan hasil pembelajaran yang maksimal. Metode eklektif dimaksud mencakup metode percakapan,membaca, latihan, dan tugas.

semoga tulisan ini bisa jadi perhatian buat para pembelajara bahasa, terutama pembelajaran bahasa amiin...


Jumat, 07 April 2017

Strategi dasar Pengajaran

4 Pokok Strategi Dasar Belajar Mengajar
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, selain itu penting juga menjadi seorangf pengajar mengetahui strategi Belajar Mengajar yang harus dimiliki oleh setiap pengajar.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
• Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
• Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
• Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepatdan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
• Menetapkan norma-norma dalam batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedomanoleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instuksional yang bersangkutan secara keseluruhhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokokyang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksana kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Disini ada beberapa penjabaran, ya ini hanya penjabaran dari 4 pokok strategi pembelajaran.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Bila tidak, maka kegiatan belajar mengajar tidak punya arah dan tujuan yang pasti.
Akibat selanjutnya perubahan yang diharapkan terjadi pada anak didik pun sukardiketahui, karena penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengajar. Karena itu, rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru sebelum melakukan tugasnya di sekolah.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang gurugunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulanyang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakanberbagai disiplin ilmu. Pengertian konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau seorang guru menggunakan pendekatan agama, karena pengertian konsep dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupunn antropologi.
Begitu juga halnya dengan cara pendekatan yang digunakan terhadap kegiatan belajar mengajar. Belajar menurut Teori Asosiasi, tidak sama dengan pengertian belajar menurut Teori Problem Solving. Suatu topik tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal, akan berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya andaikatatopik yang sama dibahas dengan menggunakan kombinasi beberapa teori.
Ketiga, memilih dan mentapkan perosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivikasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara teknik penyajian yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran seperti buku, atau mesin komputer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi tertentu.
Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di perpustakaan, di laboratorium, di mesjid, atau di tempat lain, tentu metode yang diperlukan agar tujuan tercapai untuk masing-masing tempat seperti itu tidaklah sama. Tujuan instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supayakegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi yang lain.

Apa yang harus dinilai, dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang anak didik bisa dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil, bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya. Atau dapat pula dilihat dari gabungan berbagai aspek.
Semoga 4 Pokok Penting Strategi Dasar Belajar Mengajar ini bermanfaat bagi kita, terutama bagi para pengajar dan khususnya bagi semua yang berhubungan dengan halk pengajaran. Semoga bermanfaat. Amiin...